Oleh: Pizaro
Dinukil dari buku “Dajjal the AntiChrist” karangan Syekh Ahmad Thomson
Dajjal memiliki tiga sisi. Dajjal sebagai oknum. Dajjal sebagai gejala sosial budaya global. Dajjal sebagai kekuatan gaib
[1].
Meskipun kata “Dajjal” – dari bahasa Arab artinya “menipu”,
“mencurangi” atau “melumuri”- tidak tercantum dalam Qur’an, namun Dajjal
dirinci dengan jelas dalam semua kitab-kitab hadits
[2]
utama, termasuk dalam kitab hadits-hadits shahih yang masyhur dari Imam
al-Bukhari dan Imam Muslim (terutama pada bab-bab mengenai saat-saat
menjelang kiamat), juga di dalam kitab-kitab hadits lain seperti
Mishkat al-Masabih, Riyadush Shalihin dan
al-Muwwatha’ dari Imam Malik :
Abdullah bin ‘Umar ra
[3] mengabarkan:
Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam[4]
berdiri dan berkata pada umatnya, setelah memuji Allah yang Maha Agung
dan Maha Terpuji, beliau bersabda mengenai Dajjal, ‘Aku memperingatkan
kalian dari dia, tak seorang nabi pun yang tidak memperingatkan umatnya
dari dia – bahkan Nabi Nuh telah memperingatkan umatnya dari dia. Tapi
aku akan mengabarkan sesuatu yang belum pernah disampaikan oleh Nabi
mana pun sebelum aku: Hendaklah kalian tahu bahwa Dajjal itu bermata
satu, dan Allah tidak bermata satu.” (diriwayatkan oleh Muslim)
Dari Abu ad-Dira ra:
Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam bersabda, “Barangsiapa menghapal sepuluh ayat pertama surat
al-Kahfi akan terlindung dari Dajjal.” (diriwayatkan oleh Abu Da’ud dan
Muslim).
Abdullah bin Abbas ra mengabarkan:
Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam biasa mengajarkan doa ini dengan cara seperti beliau mengajarkan
sebuah surat dari Qur’an:
‘Allaahumma innii a’uudzu bika min
adzaabi jahannama, wa a’uudzu bika min adzaabil-qabri, wa a’uudzu bika
min fitnatil-Masihid-Dajjal, wa a’uudzu bika min fitnatil-mahyaa
wal-mamaati.”
“Ya Allah, aku berlindung padaMu
dari siksa Neraka, dan aku berlindung padaMu dari siksa kubur, dan aku
berlindung padaMu dari fitnah[5] Dajjal. Dan aku berlindung padaMu dari fitnah kehidupan dan kematian.” (diriwayatkan oleh Imam Malik)
“Al-Masih ad-Dajjal”
*) secara harfiah berarti “Mesiah Palsu” yaitu “Juru Selamat Palsu”, alias “si AntiKristus
[6]” – berlawanan dengan “Al-Masih bin Maryam” yang berarti “Mesiah putera Maryam”, yaitu Nabi ‘Isa as.
[7]
Abdullah bin ‘Umar ra mengabarkan bahwa:
Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam bersabda, “Semalam aku bermimpi aku berada di Ka’bah, dan aku
melihat seorang pria berkulit gelap bagaikan pria berkulit gelap yang
paling rupawan dari yang pernah kalian lihat. Rambutnya sepanjang di
antara telinga dan bahunya, seperti rambut yang terindah yang pernah
kalian lihat. Rambutnya baru disisirnya, dan masih menitikkan air. Dia
bersandar pada dua pria atau pada bahu dua pria yang sedang bertawaf
keliling Ka’bah. Aku bertanya, ‘Siapa dia?’ Dijawab, Al-Masih bin
Maryam.’ Kemudian aku melihat seseorang berambut meliat-liut dan buta
mata kanannya, bagaikan anggur mengambang. Aku bertanya, ‘Siapa dia?’
Dijawab, ‘Itu Al Masih ad-Dajjal.’” (diriwayatkan oleh Imam Malik).
Pada suatu saat di antara kini dan kiamat: Dajjal pasti akan datang.
Pernah di suatu penghujung sore Nabi
Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam duduk bersama para sahabatnya ra.
Kala itu matahari hampir mulai tenggelam ke balik sebuah dinding. Nabi
bersabda bahwa selang waktu mereka duduk di sore itu ke hari kiamat,
adalah sedekat jarak matahari ke ujung atas dinding itu. Padahal
peristiwa itu telah berlangsung lebih dari seribu empat ratus tahun yang
lalu.
Dalam Qur’an Allah menegaskan bahwa,
orang yang ditanya tentang saat Kiamat sama tidak tahunya dengan orang
yang bertanya. Allah juga berfirman bahwa manusia hanya diberi sedikit
pengetahuan tentang saat Kiamat. Tak seorang pun mengetahui kapan
tepatnya, namun Allah menunjukkan di Qur’an bahwa mungkin saatnya lebih
dekat daripada sangkaan kita. Bagi anda, setidaknya kiamat terjadi
ketika anda meninggal.
Abu Hurairah ra mengabarkan:
Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam bersabda, “Ada lima perkara yang tidak diketahui siapa pun
kecuali oleh Allah,” kemudian beliau menyebutkan:
Sesungguhnya Allah, hanya pada
sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang
menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada
seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan
diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun dapat mengetahui di bumi mana
dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal. (QS
Luqman 31:34) (diriwayatkan oleh Muslim)
Banyak pertanda kiamat yang diungkapkan
secara jelas dalam kitab-kitab hadits, dan pertanda itu akan diketahui
dan dikenali oleh siapa saja yang sadar dan awas pada segala pertanda
yang ada pada dirinya dan kawasannya. Kini, sebenarnya sudah hampir
semua pertanda kiamat nampak, kecuali empat tanda utama terakhir, bahkan
tanda-tanda ini pun nampaknya akan segera terwujud.
Adapun beberapa tanda yang sudah nampak
adalah: bahwa si miskin dan si papa membangun gedung-gedung tinggi
tempat mereka memuja dirinya; bahwa hamba perempuan akan melahirkan
majikannya, salah satu pengertiannya adalah seorang ibu yang diperbudak
oleh pekerjaannya demi anak-anak yang ketika dewasa tak terkendali,
menjajah dan menindas keluarga; bahwa jumlah wanita jauh melebihi jumlah
pria; bahwa banyak wanita yang tidak lagi melahirkan; bahwa setiap
orang mempersoalkan masalah pekerjaan hingga tidak hanya kaum pria, kaum
wanita pun pergi bekerja; bahwa tali kekeluargaan sudah diabaikan atau
dicampakkan; bahwa pangan akan berlimpah, namun sebagian besar tidak
berkah.
Bahwa ketika seseorang ditawari makanan
akan menolak; bahwa waktu menjadi singkat; bahwa banyak orang yang keras
hati dan bengis; bahwa banyak orang yang bersumpah palsu; bahwa yang
jujur tak lagi dipercaya dan para pendusta dipercaya; bahwa yang kuat
akan memangsa yang lemah; bahwa sangat sedikit orang yang bijaksana dan
banyak yang jahil; bahwa sang pemimpin adalah yang terburuk dari
masyarakatnya; bahwa rakyat begitu takut kepada penguasa lalim, sehingga
mereka bahkan tidak berani untuk mengatakan padanya bahwa dia lalim;
bahwa akan terjadi banyak perang dan pembunuhan; yang membunuh tidak
tahu siapa yang dibunuh, dan yang dibunuh tak tahu kenapa mereka
dibunuh; bahwa terdapat manusia yang berperilaku seperti binatang;
Bahwa terdapat wanita-wanita yang
berpakaian seolah kulit kedua, hingga sekalipun berpakaian mereka tetap
terlihat telanjang; bahwa banyak orang menenggak minuman keras; bahwa
perzinahan dan perselingkuhan menjadi perkara lumrah; bahwa pria
meniduri pria, dan wanita meniduri wanita; bahwa kaum pria mengenakan
sutera; bahwa para biduanita dan peralatan musik memasyarakat; bahwa
riba sudah sangat merebak, sehingga mereka yang tidak berkecimpung pun
tetap terkena getahnya; bahwa sangat sedikit orang yang jujur dalam
perniagaannya; bahwa orang-orang tidak mempercayai orang jujur tapi
mempercayai penipu; bahwa tulis-menulis tersebar luas; bahwa diadakan
upaya-upaya untuk menghijaukan gurun; bahwa orang akan mencoba untuk
merubah keseimbangan alam, ikut campur mengganggu daur dasar dan
proses-proses kehidupan; bahwa gempa bumi dan bencana alam lainnya
semakin sering dan semakin dahsyat; bahwa orang-orang ingin mati dan
masuk kubur saja; bahwa banyak orang lebih percaya pada perbintangan
dibanding kepada Allah; bahwa banyak sekali nabi palsu dan semuanya
mengaku sebagai utusan Allah; bahwa di tempat-tempat peribadatan
suara-suara dikeraskan dengan amarah; bahwa banyak Muslim menjadi kaya
raya; bahwa jumlah Muslim banyak tapi tak berdaya – karena cinta dunia
dan takut mati – mereka tak mampu mencegah bangsa-bangsa lain menjajah
dan menjarah mereka; dan puncaknya adalah bahwa matahari terbit dan
barat, salah satu pengertiannya adalah
transaksi kehidupan[8] Islam diamalkan oleh masyarakat barat
- walau sudah jelas dari kitab-kitab hadits bahwa kejadian di bawah ini pun ditakdirkan akan terjadi secara lahiriah:
Dari Abdullah bin Amr ra:
Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam bersabda, “Tanda-tanda pertama (saat Kiamat) adalah matahari
akan terbit dari barat dan munculnya Dabbah[9]
ke hadapan manusia menjelang tengah hari. Yang mana pun dari kedua ini
terjadi lebih dulu, maka yang lain akan segera menyusul.” (diriwayatkan
oleh Muslim).
Ibnu Katsir, dalam ulasannya berpendapat
bahwa kemunculan Dabbah – di Mekah atau di sekitarnya – adalah tanda
pertama di muka bumi, sedangkan matahari terbit di barat merupakan tanda
pertama di langit. Menyimpulkan dari keterangan Qur’an dan hadits
mengenai Dabbah, Ibnu Katsir menulis di kitabnya al-Bidayah wan-Nihayah, sebagai berikut:
Salah satu tanda kiamat adalah munculnya
Dabbah dari perut bumi, wujudnya sangat ganjil dan ukurannya raksasa;
bahkan tak seorang pun bisa membayangkan seperti apa rupanya. Dabbah
akan keluar dari perut bumi lalu mengibaskan debu dari kepalanya. la
akan membawa cincin Nabi Sulaiman dan tongkat Nabi Musa. Orang-orang
akan ngeri dan mencoba melarikan diri, tapi mereka tidak akan bisa Iolos
karena demikianlah takdir Allah. Dengan tongkatnya, Dabbah akan
menghancurkan hidung setiap orang kafir, lalu menorehkan kata “kafir” di
kening mereka; Ia akan menghiasi wajah setiap orang beriman, lalu
menorehkan kata “mu’min” di kening mereka; dan Dabbah pun akan berbicara
pada manusia. (bandingkan dengan : … )
Selain terbitnya matahari dari barat dan
kemunculan Dabbah dari perut bumi, hadits juga menerangkan tentang
tanda-tanda utama lain yang masih akan terjadi, diantaranya
ad-Dukhan (Asap)
– yang akan menggiring manusia dari timur ke barat; penghancuran Madina
al-Munawarra; penghancuran Ka’bah di Mekkah oleh orang Ethiopia yang
bernama
Zhu’l-Suwaiqatain; dan terjadinya tiga tanah
longsor dahsyat – satu di Timur, satu di Barat, dan satu di Semenanjung
Arab – lalu menyemburlah api dari arah Aden
[10] yang akan menggiring manusia ke tempat perhimpunan terakhir.
Menurut sebagian besar ahli tafsir, peristiwa-peristiwa di atas akan terjadi
setelah empat tanda utama terakhir kiamat terjadi, yaitu: munculnya si Dajjal; kedatangan Mahdi
*), pemimpin
rasyid[11] para Muslim yang akan memerangi Dajjal; muncul kembalinya Nabi ‘Isa as
*)
yang tidak saja akan menghancurkan semua salib, membunuh semua babi,
menikah, berketurunan dan beribadat bersama para Muslim, bahkan
beliaulah yang akan membunuh Dajjal; dan munculnya
Yajuj wa Majuj (Gog dan Magog[12], suatu suku yang akan menyebar ke segenap penjuru bumi membuat kerusakan.
Jelaslah bahwa sebelum si Dajjal sendiri
muncul, harus tersedia sistem yang mapan beserta para pengurusnya, yang
siap mendukung dan menaati Dajjal. Keberadaan sistem dan para
pengurusnya itu, merupakan bukti dari Dajjal sebagai gejala sosial
budaya global dan Dajjal sebagai kekuatan gaib. Dilihat dari semua
pertanda yang nampak dewasa ini, kedua sisi Dajjal tersebut – yang akan
dijelmakan oleh si Dajjal sendiri – sudah sangat kentara, ini berarti
kemunculan Dajjal sudah sangat dekat.
Di antara perincian tentang Dajjal dalam
kitab-kitab hadits, kita akan menemukan: Dajjal bermata satu, bagaikan
anggur mengambang. Dajjal dapat didengar di seluruh dunia pada satu saat
yang sama. Dajjal bisa menampilkan api padamu, tapi tidak akan
membakarmu. Dajjal bisa menampilkan air padamu, tapi anda tak bisa
meminumnya, Dajjal akan bicara tentang Taman
[13], tetapi menggambarkannya seperti Api
[14].
Dajjal akan bicara tentang Api, tetapi menggambarkannya seperti Taman.
Semua perincian di atas cocok dengan ciri-ciri sistem media massa dan
teknik komunikasi masa kini, khususnya dalam hal bagaimana sistem dan
teknik itu biasa digunakan.
Hadits juga menyebutkan bahwa Dajjal
bermata banyak di kedua sisinya, dan berkeliling dunia dengan
lompatan-lompatan raksasa. Gambaran ini cocok dengan ciri-ciri alat
transportasi massa, masa kini. Ada juga keterangan bahwa di dahi Dajjal
tertera huruf KFR. Sebagian pesawat jet tempur Israel bertuliskan
huruf-huruf KFR di moncongnya.
KFR adalah huruf-huruf akar dari kata bahasa Arab: kufr atau kafir. Kufr artinya menutupi dan mengingkari. Kafir adalah
seseorang yang menutupi hakikat kehidupan – bahwa tiada tuhan selain
Allah – dan yang ingkar kepada para nabi yang diutus Allah untuk memberi
teladan pada manusia tentang bagaimana cara hidup yang selaras dengan
diri sendiri dan selaras dengan perkara di luar dirinya, serta bagaimana
cara mengenal dan mengabdi kepada Allah.
Ketika Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda bahwa hendaknya kita mencari ilmu hingga ke negeri Cina
[15]*), beliau bermaksud pada ilmu mengenal Allah, atau setidaknya ilmu-ilmu yang akan mengarahkan kita kepada ilmu mengenal Allah.
Jika ilmu anda tidak berasal dari ketakwaan
[16]
kepada Allah, berarti anda telah tertipu. Bertakwalah kepada Allah,
maka Allah akan memberi anda ilmu. Seorang kafir mengingkari ini. Dengan
demikian seorang kafir sangat bertolak belakang dengan seorang mu’min.
Seorang mu’min adalah seorang muslim
yang terang-terangan mengakui hakikat kehidupan, sekaligus menerima dan
mengikuti teladan dan ajaran Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam: Nabi terakhir yang diutus Allah sebelum kiamat.
Jelaslah bahwa sistem kafir dan kafirun
[17]
yang menguasai dan meyakini sistem itu, tidak lain adalah perwujudan
Dajjal sebagai gejala sosial budaya global dan Dajjal sebagai kekuatan
gaib. Sedangkan si Dajjal sendiri akan menjadi puncak penjelmaan dari
sistem kafir, gembongnya kafir, maka tak pelak ketika muncul dia akan
dinobatkan sebagai pemimpin sistem kafir oleh para kafirun yang
menjalankannya. Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda
bahwa kufr adalah sebuah sistem. Sistem kafir adalah Dajjal. Maka
nyatalah bahwa ketiga sisi Dajjal itu berkaitan dan bersenyawa. Dajjal.
Begitu pula halnya dengan Mahdi, ketika
datang ia akan menjadi puncak penjelmaan Islam, yaitu jalannya Nabi
Muhammad, tetapi harus segera diingat bahwa ia dibanding Nabi Muhammad
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam adalah seumpama setetes air dibanding
samudera. Dengan demikian, tak pelak lagi Mahdi akan dikenali dan
diterima sebagai pemimpin oleh seluruh Muslim sejati. Nabi Muhammad
bersabda bahwa seluruh Muslimin adalah satu tubuh.
Kufr memerangi Islam. Islam memerangi
Kufr. Sudah jelas dari hadits bahwa Dajjal akan melawan Mahdi. Mahdi
akan melawan Dajjal. Nabi ‘Isa as, yang tak disalib tetapi digaibkan
oleh Allah dari dunia ini – dan seseorang yang mirip dengan beliau
disalib menggantikannya – ketika turun lagi ke bumi ini, akan
membinasakan Dajjal beserta seluruh pengikutnya.
Dajjal sudah banyak dibahas dalam naskah-naskah kuno. Beberapa ramalan yang berkaitan dengan Dajjal dapat ditemukan di Bibel
[18], di
the Book of Revelations karangan John, dan pada naskah-naskah Nostradamus
[19].
Banyak orang telah berulangkali mencoba menafsirkan ramalan-ramalan
itu, dan menghubungkannya dengan kejadian-kejadian yang berlaku pada
masa para penafsir masing-masing. Dalam aneka ramalan dan
ulasan-ulasannya, Dajjal biasanya disimpulkan sebagai “si AntiKristus” –
begitu pula menurut tafsiran bebas beberapa film dan video belakangan
ini.
Tidak diketahui bagaimanakah keandalan
dan ketepatan semua ramalan, ulasan, maupun penafsiran-penafsirannya
yang terbaru. Boleh jadi sebagian berasal dari jin.
Jin terbuat dari api tak berasap. Mereka
bisa melihat kita. Dan hanya beberapa dari kita yang bisa melihat
mereka. Manusia terbuat dari tanah dan air. Malaikat terbuat dari cahaya
murni. Malaikat tak bisa berbuat salah. Mereka tidak makan, tidak
tidur, dan tidak berketurunan, Mereka terus memuji Allah. Mereka adalah
perangkat penyelenggara jalannya proses kehidupan. Adapun jin, seperti
manusia, bisa berbuat benar dan salah. Ada yang muslim, ada yang kafir
dan ada yang munafik, yaitu yang mengaku muslim padahal hakikatnya
kafir. Jin
[20]
sering berkomunikasi dengan manusia, dan dari pengetahuan mereka
tentang kegaiban, mereka bisa mengabarkan peristiwa-peristiwa yang akan
terjadi di masa depan. Jin sering dimanfaatkan oleh para peramal dan
tukang sihir.
Jelaslah, bila naskah-naskah karangan
John atau Nostradamus dipengaruhi atau datang dari jin iseng atau jin
jahat, maka tidak semua keterangan mereka bisa diandalkan. Masalahnya
adalah sebagian besar dari para jin – yang akrab dengan penyihir dan
yang sering berkomunikasi melalui cenayang
[21]
– dalam menyampaikan satu kebenaran, menambahkan beberapa yang setengah
benar dan beberapa yang sama sekali dusta. Dengan adanya unsur
ketidakpastian dan kesalahan ini, maka satu-satunya cara untuk
membuktikan kebenaran ramalan-ramalan John maupun Nostradamus adalah
jika apa yang dikabarkannya cocok dengan yang terjadi.
Sejauh mana keandalan sebuah catatan,
maka tentu hanya hadits yang mengandung perincian terandal mengenai
Dajjal, dan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi sebelum maupun sesudah
kemunculannya – asalkan hadits itu memiliki isnad yang terpercaya, isnad adalah
rantai penyebaran berita yang terpercaya, dari orang yang langsung
melihat dan mendengar apa yang dikatakan atau dilakukan Nabi Muhammad,
kepada orang-orang yang ingat apa yang riwayatkan oleh orang pertama
tadi, sampai kepada orang yang kemudian menuliskan apa yang mereka semua
ingat.
Hadits-hadits hanya bisa diakui setelah
kandungan dan isnad-isnadnya diperiksa dengan sangat teliti dan disahkan
oleh para ulama yang mengumpulkannya. Ini berbeda dengan aneka versi
Bibel masa kini, yang seluruh isinya tidak bisa dibuktikan keasliannya
dengan cara yang sama, akibatnya banyak isi Bibel yang bisa saja berasal
dari sumber-sumber yang tak terpercaya, dan mutlak tak bisa dikaitkan
lagi dengan para Nabi yang konon perkataan dan perilakunya direkam di
Bibel.
Qur’an merupakan wahyu langsung dari
Allah kepada Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam melalui Malaikat
Jibril, Qur’an dihafal dalam hati dan ditulis persis seperti ketika
diturunkan. bahkan Qur’an lebih terpercaya daripada hadits yang shahih.
Dalam Qur’an Allah menegaskan bahwa kaum Yahudi*) dan kaum
Kristen telah merubah dan mengganti ajaran asli para Nabinya as, dan
banyaknya pertentangan dan ketidaksesuaian dalam Bibel merupakan bukti
yang tidak dapat disangkal.
Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam bersabda, bahwa ilmu adalah milik mu’min yang hilang, yang bisa
diambil dimana pun ilmu itu ditemukannya. Mu’min adalah muslim yang
tidak saja percaya pada Allah, tapi juga sungguh-sungguh yakin kepada
Allah dalam segala perilaku kesehariannya. Muslim percaya pada Allah,
namun mereka masih mengandalkan kemampuan dirinya. Mu’min menggantungkan
keberhasilannya pada Allah. Muhsin adalah muslim yang yakin hanya ada
Allah, berarti mustahil bergantung pada selain Allah. Muslim, mu’min dan
muhsin semuanya Muslim, namun mereka dikaruniai derajat ilmu pengenalan
Allah yang berbeda. Mereka yang paling takwa pada Allah, adalah mereka
yang paling banyak memperoleh ilmu mengenal Allah. Nabi Muhammad
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda bahwa tak ada yang lebih takwa
kepada Allah sebagaimana beliau.
Ilmu pengenalan Allah akan datang pada
mereka yang mensucikan hatinya atas rahmatNya. Ketika hati menjadi
bening dan tenang, maka bertambahlah ilmu di hati. Ilmu semacam ini
bermula ketika ilmu yang tertulis berakhir. Bagi mereka yang berhati
bening, segala pertanda yang ada pada dirinya dan kawasannya – yang
sebenarnya sama saja – dapat dikenali dan dipahaminya, maka bagi mereka,
pertanda Dajjal sebagai gejala sosial budaya global dan Dajjal sebagai
kekuatan gaib akan terlihat dengan gamblang, dan apa pun yang mereka
alami akan menegaskan dan menguatkan ilmu yang tertulis.
Mu’min adalah muslim yang yakin pada
Allah. Sebagian dari keyakinan itu adalah yakin pada orang lain, yakin
pada diri sendiri, yakin pada pengalamannya, dan yakin pada
penafsirannya atas apa yang terjadi pada dirinya dan kawasannya.
Keyakinan tersebut menjadi utuh ketika seseorang mengenal dirinya
sendiri, karena barang siapa mengenal dirinya maka dia akan mengenal
Rabbnya, dan barang siapa mengenal Rabbnya akan mengetahui apa yang
datang dari Rabbnya, yaitu kehidupan, semesta dan segala isinya – dan
tak ada satu pun yang berbentuk maupun tak berbentuk, yang aktual maupun
konseptual, yang bisa diserupakan dengan Allah. Siapa pun yang
berkeyakinan dan berpengetahuan seperti itu adalah muhsin.
Membaca tak sama dengan menyaksikan.
Persaksian adalah penegasan yang lebih kuat daripada bacaan. Buku-buku
hanya dapat mengingatkanmu pada apa yang telah dirasakan, pada apa yang
belum terasa atau pada apa saja yang bisa dirasakan. Jadi yang
terpenting adalah merasakan, bukan rekaman rasa – apapun ragamnya – baik
audio atau visual, di kertas atau plastik, pada logam maupun seluloid.
Menyaksikan berarti mengetahui, tetapi ada beragam persaksian dan
beragam pemahaman.
Merenungkan Dajjal sebagai kekuatan
gaib, kehadiran kekuatan ini ditandai dengan kehadiran makhluk dari alam
lain yang menguasai manusia, atau sebagaimana terkadang jin merasuki
orang atau binatang. Boleh jadi, Dajjal sebagai kekuatan gaib, seperti
jin, menjelma sebagai manusia atau binatang tanpa perlu merasukinya,
cukup dengan menyerupainya. Ada juga kemungkinan bahwa penjelmaan Dajjal
sebagai kekuatan gaib adalah jadi-jadian dari sekelompok jin kafir,
artinya bukan sesosok makhluk baru. Tidak diketahui alam asal mereka.
Sebenarnya diketahui bahwa ada banyak alam. Pada surat al-Fatihah, Allah
disebut Rabbul ‘aalamiin.
Tanda bahwa perasukan telah terjadi
ialah, bahwa anda menyaksikan sejumlah besar manusia atau
kelompok-kelompok manusia, semuanya berlaku seolah satu tubuh, seakan
tak punya jati diri. Walaupun mereka nampak sebagai manusia namun
perilakunya sama sekali tidak manusiawi, lebih mirip robot. Banyak
sekali buku dan film yang mengangkat gejala ini, dan itu semua bukan
khayalan belaka. Semuanya menunjukkan kepada kenyataan yang telah,
sedang dan akan terus terjadi, sebagaimana digambarkan dalam film The
Man who Fell to Earth.
Karena sisi Dajjal sebagai kekuatan gaib
berada di Alam Gaib, maka pengetahuan mengenainya hanya bisa diperoleh
dan mereka yang punya sarana ke Alam Gaib. Walaupun Nabi Muhammad
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam diberikan sarananya, namun beliau tidak
berhasrat padanya. Karena hasrat kepada ilmu semacam ini adalah kendala
bagi orang yang berhasrat pada ilmu mengenal Allah.
Namun, dengan mengamati
bagaimana-perubahan-perubahan yang terjadi pada keadaan sosial budaya
dunia, terutama di abad ini, dan dengan mengamati bagaimana cara hidup
masa kini, maka kita bisa memperoleh bukti dari alam nyata – yaitu alam
yang bisa ditangkap oleh panca indera kita – bahwa pengam-bilalihan
telah dan sedang terjadi. Dengan kata lain, kita dapat mengenali
ciri-ciri Dajjal sebagai kekuatan gaib, dengan meneliti Dajjal sebagai
gejala sosial budaya global.
Apabila kita kaji sisi Dajjal sebagai
gejala sosial-budaya global, kita akan saksikan bahwa pengambilalihan
sedang berjalan lancar, nampaknya saat kemunculan si Dajjal sudah sangat
dekat, alasannya sangat sederhana: karena sistem-sistem dan para
pengurusnya, yaitu sistem kafir, yaitu sistem Dajjal, telah memperoleh
kekuasaan yang cukup di seluruh dunia, sehingga begitu si Dajjal
dikenali dan diakui, Dajjal bisa langsung dinobatkan sebagai pimpinan
yang dinanti-nanti.
Dalam seratus tahun yang terakhir, telah
terjadi perubahan-perubahan yang sangat luar biasa di muka bumi.
Pengelompokan sosial yang biasa berlaku di seluruh dunia, yaitu
masyarakat berpola pedesaan, yang terbentuk dari keluarga-keluarga yang
saling mengenal dan saling membantu – baik di antara warganya maupun
antar pedesaan – kini dengan pesatnya telah terkikis dan kehilangan
sifatnya. Kini, di kota-kota besar, setiap insan semakin terkucil dari
jati dirinya, dari manusia di sekitarnya, dan dari pengenalan kepada
Allah -mereka sekedar menjadi sebuah roda gigi yang sibuk dalam proses
produsen-konsumen, yang apabila tidak sedang bekerja atau tidur, mereka
hampir selalu terjebak dalam pencapaian fatamorgana pemuasan diri yang
kekanak-kanakan dan tak ada habisnya, ini menjamin bahwa manusia tidak
akan punya banyak waktu untuk merenung dan bercermin tentang dari mana
dan akan kemana dia, juga tak ada waktu untuk mencoba membebaskan diri
dari jeratan rutinitas kehidupan yang membelitnya.
Walaupun ukuran pengelompokan sosial
yang ada sekarang sebesar masyarakat pedesaan, transaksi sosial antar
warganya sudah tidak sehangat dan seerat dahulu. Kini, semakin kurang
waktu untuk saling bertemu dan semakin banyak waktu tersita televisi.
Semakin sedikit waktu untuk bekerja bersama dan semakin banyak waktu
untuk bekerja sendirian. Bagi mereka yang dilahirkan dalam keadaan
seperti ini, perubahan sosial ini tidak begitu kentara. Seolah-olah
semua berjalan sebagaimana mestinya, sebagaimana digambarkan film THX 1138.
Mungkin satu-satunya cara untuk memahami
betapa dahsyatnya perubahan yang telah terjadi, adalah dengan mengamati
apa yang terjadi ketika sebuah perusahaan multinasional memutuskan
untuk mulai menjarah sumber daya alam dari suatu daerah yang sebelumnya
terpencil. Dalam waktu yang cukup singkat, kegiatan para pengatur
perusahaan tersebut tidak hanya mengacaukan cara hidup masyarakat asli
daerah itu, tapi juga memusnahkan sumber-sumber penghidupan tradisional
mereka, dan dengan demikian menjamin pasokan tenaga kerja murah untuk
mengerjakan berbagai kegiatan perusahaan multinasional itu. Mendadak
semua orang dinomori dan mengejar sesuatu yang namanya uang, dan
terenggutlah keselarasan sosial yang pernah ada sebelum datangnya
pertambangan, atau ladang minyak, atau penebangan hutan, atau pendirian
pabrik, atau pembangkit listrik tenaga air, atau apa pun juga.
Semuanya dilaksanakan atas nama
kemajuan, pemberadaban masyarakat terbelakang, atau demi peningkatan
mutu kehidupan, namun, pada hakikatnya gaya hidup baru itu pasti terkait
dengan teknologi baru, dan pasti juga terkait dengan pelecehan pada
ilmu hakiki, yang para kafir sebut sebagai pendidikan dan melek huruf
itu. Semuanya merupakan tanda terkikisnya atau berakhirnya transaksi
kemanusiaan yang sejati di daerah tersebut. Adapun penduduk asli yang
tidak bisa dipakai, akan sengaja digusur atau dibasmi dengan aneka
penyakit menular atau virus-virus baru, yang mereka belum miliki penolak
alaminya.
Sebuah perubahan perilaku sosial lainnya
yang cukup berarti, dan jelas berkaitan dengan meningkatnya otomatisasi
di suatu kelompok sosial, adalah bahwa dahulu keutuhan suatu masyarakat
dibina dengan peribadatan kepada Tuhan, kini unsur pengikat yang
mendasar itu sudah semakin berkurang. Di dunia barat, pola peribadatan
yang menonjol adalah pola agama Kristen – sebuah agama ganjil hasil
percampuran dari gagasan-gagasan Paulus sendiri, filsafat Yunani,
pembaharuan yang mengada-ada atas peran kerahiban – dalam rangka
berusaha keras untuk selaras dengan para penguasa kafir – dan dengan
sedikit serpihan-serpihan ajaran asli Nabi ‘Isa as.
Karena pola peribadatan ini berbeda
dengan cara asli yang diamalkan Nabi ‘Isa dan para pengikutnya, maka
pola ibadat ini belum pernah, tidak mampu dan tidak akan mampu mencapai
hakikat kehidupan maupun membimbing kepada pengenalan Allah. Tak pelak
lagi ini memastikan bahwa khalayak akan terus mencampakkan pola ibadat
ini – si kafir menolak karena memang dia tidak punya hasrat untuk
menyembah Allah, dan para penganut setia menolak karena menyadari bahwa
agama bermerek Kristen yang ditawarkan itu, hanya sedikit
pertautannya dengan ajaran asli Nabi ‘Isa, dan tidak berpijak kepada
cara hidup Nabi ‘Isa dan kaumnya, juga tidak akan membimbingnya mengenal
Allah.
Adapun hal yang mempermudah khalayak
bercerai dengan pola peribadatan Kristen, adalah karena terjadinya
pemilah-milahan di masyarakat barat akibat kebangkitan cara hidup
seperti mesin, yang konon disebut “revolusi industri”. Maka hidup tanpa
peribadatan lebih disukai daripada menganut pola ibadat yang walaupun
dikemas atas nama Nabi ‘Isa, namun nyatanya tidak sesuai dengan pola
ibadat asli Nabi ‘Isa – yang sebenarnya sudah punah untuk selamanya.
Yang menarik, karena begitu banyak
ajaran dasar Kristen bukan saja merupakan hasil rekayasa manusia, tapi
juga terang-terangan bertentangan dengan apa yang telah diajarkan Nabi
‘Isa, dan juga karena begitu banyak upacara Gereja Trinitas1 yang
diambil dari sumber-sumber selain dari gaya hidup Nabi ‘Isa dan kaumnya,
maka ada beberapa penulis barat yang menyamakan Gereja Trinitas Resmi –
beserta aneka perwujudannya – dengan si AntiKristus itu sendiri.
Pandangan itu diperkuat dengan bukti
bahwa para jagoan Gereja Trinitas Resmilah – yaitu Katolik Roma dan
Protestan – yang pada beberapa abad yang lalu menyulut peperangan dan
membasmi semua Kristen Unitarian – seperti kaum Nazarenes, Ebitiones,
Donatist, Arians, Adoptionists, Paulicians, Ilumnists, Catharii, dan
banyak suku-suku Goth – padahal merekalah yang sebenarnya mengikuti
ajaran asli dan jalan hidup Nabi ‘Isa as. Dengan Inkuisisi Jaman
Pertengahan dan dilanjutkan dengan Inkuisisi Spanyol, Gereja Trinitas
berhasil membasmi semua Kristen Unitarian tersebut, termasuk sebilangan
besar kaum Yahudi Unitarian di Eropa. Selanjutnya, Gereja Trinitas Resmi
mengalihkan usaha pembasmiannya kepada semua umat Unitarian pengikut
Nabi Muhammad, yaitu kaum Muslimin, dan walaupun upaya ini belum
sepenuhnya berhasil, proyek ini masih terus digalang hingga kini.
Sejak dahulu hingga kini, tingkat
keberhasilan yang dicapai Gereja Trinitas Resmi dalam gerakan pembasmian
itu, hanya bisa tercapai karena mereka selalu bersekongkol dengan
sistem kafir, yaitu sistem Dajjal, sistem yang telah dan senantiasa
bertekad untuk menyesatkan dan memusnahkan pengamalan Islam yang hidup
dan dinamis.
Dari temuan ini, dan karena kubu “Sains”
dan Kristen Trinitas bergantung pada dan menopang sistem yang sama,
maka nyatalah bahwa pertentangan apapun yang nampak antara keduanya
hanyalah khayalan belaka dan tentu hanya di permukaan saja. Jelaslah
perlu segera dibedakan dengan tegas antara para Kristen Trinitas yang
tahu bahwa jalan yang mereka anut bukanlah jalannya Nabi ‘Isa as, dengan
mereka yang penuh ketulusan ingin menyembah Tuhan – namun telah
disesatkan hingga percaya bahwa merek Kristen yang mereka anut itu
sesuai dengan ajaran asli Nabi ‘Isa – dan mereka pun sampai saat ini
belum sempat mengenal transaksi kehidupan Islam sejati: yaitu jalan
hidup kenabian bagi zaman ini, yang sebenarnya sangat mirip dengan jalan
hidup Nabi ‘Isa dan para pengikutnya ra.
Apa yang baru diuraikan tentang para
Kristen juga berlaku pada kaum Yahudi. Kini mereka yang mengaku Yahudi,
nyata-nyata tidak mengikuti jalan Nabi Musa as, bahkan sejumlah besar
Yahudi terang-terangan mengaku bukan berasal dari keturunan Bani Israel –
yaitu suku bangsa yang khusus kepada mereka Nabi Musa dan Nabi ‘Isa
diutus. Salah satu moyang para Yahudi yang bukan Yahudi itu, adalah kaum
Khazar, aslinya mereka adalah bangsa kecil yang tinggal di wilayah yang
kini menjadi Turki dan Rusia Selatan pada pertengahan abad kedelapan,
pemimpin mereka yang bernama Raja Joseph memeluk agama
Yahudi sebagai muslihat politik, agar terhindar dari penjajahan Kristen
yang datang dari utara, dan terhindar dari dakwah Islam yang datang dari
selatan. Raja Joseph paham betul bahwa muslihatnya itu akan
mendatangkan perlindungan yang layak dari sesama penyembah Tuhan.
Kini keturunan-keturunan Khazar yang biasa disebut juga sebagai bangsa Ashkenazim,
telah tersebar di seluruh dunia, dan mereka diakui keahliannya di
bidang seni dan dalam transaksi-transaksi bisnis dan keuangan. Cara
hidup mereka bukanlah cara hidup yang diamalkan Nabi Musa as dan para
pengikutnya ra. Cara hidup Nabi Musa as telah punah ketika Nabi ‘Isa as
diturunkan. Perlu diingat bahwa Nabi ‘Isa diutus untuk menegakkan
kembali cara hidup Musa di kalangan bani Israel, dan bukan untuk membuat
perubahan walau cuma sehuruf.
Namun nyatanya, para penulis kitab dan
para rabi di masa itu – yaitu kependetaan yang menobatkan dirinya
sendiri dalam apa yang kemudian menjadi “agama Yahudi” – bahkan tidak
bisa mengenali siapa Nabi ‘Isa as, hal ini menunjukkan betapa jauhnya
para Yahudi itu tersesat dari ajaran asli Nabi Musa, padahal itu terjadi
duapuluh abad yang lalu. Terkadang disebut juga sebagai “suku Israel
yang ketiga-belas”, beberapa ahli sejarah mengaitkan para keturunan
Khazar ini dengan salah satu dari empat tanda kiamat yang utama, yaitu
kemunculan Yajuj wa Majuj, atau Gog dan Magog, karena mereka hakikatnya adalah “Yahudi yang bukan Yahudi”.
Kaitan ini lebih diperkuat dengan pernyataan Raja Joseph pada tahun 960
[22], yang menyatakan bahwa bangsa Khazar adalah keturunan
Togarma[23], cucu dari
Japheth, putera Nabi Nuh – yang menurut
Kitab Kejadian 10:2-3
– paman Togarma itu bernama Magog. Jika ini benar, maka jelaslah
keturunan Khazar terkait erat dengan kemunculan Dajjal, karena
kebanyakan dari mereka kini memegang tampuk-tampuk kekuasaan penting
dalam aneka sistem terkait yang berpadu menjadi sistem kafir, yaitu
sistem Dajjal. Ada pula pihak-pihak yang sangat berhasrat untuk
menunjukkan bahwa apa yang terjadi pada Kristen dan Yahudi, juga berlaku
pada Muslim, dan bahwa banyak yang mengaku sebagai “Muslim” tetapi
tidak mengikuti jalannya Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan
para sahabatnya. Ini ada benarnya, dan ini merupakan sebagian bukti
keberhasilan yang dinikmati Kristen dan Yahudi dalam usaha mereka untuk
menyesatkan dan membasmi siapa saja yang telah atau sedang mencari jalan
hidup Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan para sahabatnya
ra. Salah satu metoda pemungkas yang digunakan sistem kafir, yaitu
sistem Dajjal, dalam menghapus cara hidup Islam, adalah dengan
menanamkan cara hidup kafir ke negeri-negeri Muslim, sembari disamarkan
dengan peristilahan yang “Islami”.
Kini hampir semua wilayah-wilayah yang
dahulu dihuni oleh Muslim, telah dikuasai dan diperintah berdasarkan
asas-asas sistem kafir dan tidak sesuai dengan kandungan Qur’an dan
Sunnah. Meskipun Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah
bersabda bahwa nanti sebagian Muslim akan mengikuti cara hidup para
pendahulunya – yaitu Kristen dan Yahudi – secepat kadal kabur ke
liangnya, namun beliau juga bersabda bahwa tidak semua umatnya akan
tersesat.
Masih banyak Muslim yang mengikuti pola
kehidupan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan pola kehidupan
masyarakat Muslim pertama yang terbentuk di sekeliling beliau, Yang
penting adalah, walau terdapat sejumlah Muslim yang menyimpang dari
jalan Nabi Muhammad, setidaknya jalan hidup itu masih terpelihara bagi
mereka yang ingin mengamalkannya, dan setidaknya masih ada mereka yang
mengamalkan jalan hidup itu. Perbedaan yang telak di antara kaum Yahudi,
Kristen dengan Muslim adalah: kaum Yahudi tidak lagi mengetahui dan
tidak mengamalkan ibadatnya Nabi Musa, kaum Kristen tidak lagi
mengetahui dan tidak mengamalkan ibadatnya Nabi ‘Isa, sedangkan Muslim
masih mengetahui dan masih mengamalkan ibadatnya Nabi Muhammad
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Jalan hidup Nabi Musa as dan Nabi ‘Isa as
telah punah. Sebagai gantinya, direkayasa dan diproklamasikanlah agama
Yahudi dan agama Kristen. Agama-agama buatan ini merupakan senyawa dari
sistem kafir, yaitu sistem Dajjal. Sistem Dajjal sangat
bertolak-belakang dengan jalan hidup Kenabian; yaitu jalan hidup yang
tidak saja diwujudkan oleh Nabi Musa as, Nabi ‘Isa as, dan Nabi Muhammad
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, bahkan diwujudkan pula oleh seluruh Nabi
sejak Nabi Adam as hingga ke seratus dua puluh empat ribu Nabi lainnya,
semoga Allah memberkati dan menyejahterakan mereka semua.
Catatan akhirzaman.info
Dajjal*)
Menurut kami, Dajjal merupakan
sebuah sistem kafir yang semata-mata hanya untuk mengatur kehidupan
manusia selama di dunia saja, yang meliputi berbagai bidang kehidupan
seperti ideologi, politik, sosial, budaya dll. Sistem Dajjal ini
merupakan buah karya anak-cucu Ya’juj wa Ma’juj atau Gog and Magog dalam
bahasa Inggris atau Yahudi gadungan alias Yahudi Ashkenazim.
Pada zaman modern, untuk pertama
kali sistem Dajjal dibumikan di Amerika Serikat oleh Sir Francis Bacon
anggota Rosicrucian dan Freemasonry, yang pada tanggal 4 Juli 1776 resmi
menjadi ideologi negara sekuler Amerika yaitu Demokrasi. (Demokrasi
merupakan milik Yahudi Kabbalah, yang menurut mereka Demokrasi artinya
adalah dengan cahaya Talmud dan Masyna serta segala ucapan imam-imam
agung (Yahudi), telah diundang-undangkan ketentuan tentang Demokrasi
ini, yaitu: "Bermusyawaralah dan rapatlah serta bertetapkanlah terhadap
pilihan yang berasal dari suara terbanyak. Sebab, suara terbanyak itu
adalah suara Tuhan"). Dari 56 orang penandatangan Deklarasi Kemerdekaan
Amerika, hanya 6 orang saja yang bukan merupakan anggota Freemasonry.
Menurut Manly P. Hall dalam bukunya The Secret Destiny of America,
brain-child Demokrasi adalah Fira’un yang bergelar Amen-Hotep IV. Maka
wajarlah bilamana Amerika Serikat menjual Demokrasi ke seluruh dunia
dengan gigihnya dan dengan berbagai cara dan tipu-daya dalam rangka
melicinkan jalan Illuminati untuk menguasai dunia. Dateline Illuminati
untuk menguasai dunia adalah pada tanggal 21 Desember 2012 a.l.
berencana membunuh 2/3 jumlah penduduk dunia yang secara resmi dilakukan
melalui program Keluarga Berencana, utamanya ditujukan kepada umat
Islam sebagai syarat untuk tetap dapat mengontrol dan menguasai dunia,
namun rencana jahat mereka gagal alias tidak diizinkan oleh Allah
Subhanahu wa Ta'ala, dan rencana itu merupakan rencana gagal yang kedua,
rencana mereka yang pertama adalah pada Desember tahun 2000. Walaupun
mereka tidak bisa melaksanakannya pada tanggal 21 Desember 2012, rencana
jahat mereka tetap dilaksanakan di hari-hari dan tahun-tahun
berikutnya, waspadalah!.
Pada masa Revolusi Bolshewik
lahirlah ideologi Komunis yang merupakan buah pikir Adam Weishaupt,
seorang Jesuit keturunan Yahudi Khazar di Bavaria, yang pada tanggal 1
Mei 1776 mendirikan perkumpulan rahasia Illuminati bersama-sama dengan
Mayer Amscheld Rothschild sebagai penyedia dana dan Jacob Frank penerus
ajaran Sabbetai Zvi, Messias Yahudi abad XVI yang bertugas menyusup ke
dunia Kristen dan Islam untuk menghancurkan dari dalam. Ide-ide
Weishaupt kemudian di kompilasi oleh Karl Marx, seorang Yahudi
Ashkenazim Jerman dalam sebuah buku dengan judul Das Kapital pada tahun
1867, yang dewasa ini ide-ide Adam Weishaupt ini dijadikan ideologi di
berbagai negara Komunis dengan berbagai derivasinya. Baik Demokrasi
maupun Komunis keduanya merupakan Sistem Dajjal yang esensinya sama-sama
menafikan eksistensi Tuhan dalam format dan tampilan yang berbeda yang
sengaja diciptakan dalam rangka mencuci otak umat manusia di seluruh
dunia yang puncaknya nampak pada Era Perang Dingin atau Détente tahun
1970-an, dimana penduduk dunia berhasil dibagi ke dalam dua kubu
ideologi: Demokrasi yang di pimpin Amerika Serikat dan Komunis dipimpin
Uni Sovyet, sekarang Rusia, padahal kedua sumber ideologi tersebut
berasal dari sumber yang sama dan dengan tujuan yang sama: Ya’juj wa
Ma’juj, istilah modernnya Yahudi Ashkenazim dalam rangka untuk menguasai
dunia dengan membentuk Satu Pemerintahan Dunia atau Tata Dunia Baru
dengan sistem Luciferianisme. Hari ini mereka menjadikan Islam sebagai
musuhnya, karena mereka berjiwa pengecut tidak berani menghadapi secara
ksatria, maka Islam difitnahnya sebagai teroris dan sejalan dengan itu,
mereka juga menumbuh-suburkan Liberalisme untuk mendangkalkan dan
merusak aqidah Islam, yang di Indonesia diwakili oleh Jaringan Islam
Liberal (JIL).
Negara ilegal Israel yang
dididirikan oleh Ya’juj wa Ma’juj tahun 1948, saat ini dihuni 95% oleh
bangsa Khazar alias Yahudi Ashkenazim dengan ideologi Bolshewik, bukan
Demokrasi. Sisa jumlah penduduk yang 5% terdiri dari campuran suku
bangsa termasuk keturunan Bani Israel atau Yahudi Sephardim yang
diperlakukan sebagai warganegara kelas kambing.
Al-Masih ad-Dajjal*)
Menurut kami al-Masih ad-Dajjal
adalah juga sisitem yang menipu umat manusia dalam bidang spiritual atau
keyakinan dan mereka adalah agama-agama Samawi yang sudah menyimpang
dari kebenaran, yang penyimpangannya tentu saja karena sudah terjadi
penyusupan dan intervensi ke dalam ajarannya, baik dalam agama-agama
Yahudi, Nashrani maupun Islam. Namun dalam agama Yahudi dan Nashrani
yang bergelar Ahli Kitab tidak termasuk mereka yang masih bersikap lurus
sebagaimana ditegaskan Allah Subhanahu wa Ta'ala:
Mereka itu tidak sama; di antara
Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat
Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud
(shalat). (QS al-Imran 3:113)
Sedangkan al-Masih ad-Dajjal dalam
Islam adalah mereka yang menyimpang dari kebenaran al-Qur’an dan
as-Sunnah yang shahih, antara lain mereka yang mengaku Islam seperti
dari kalangan Syi’ah, Ahmadiyah dan mereka yang melaksanakan perbid’ahan
dimana disini ditentukan oleh sejauh mana kadar penyimpangannya
sehingga memiliki karakter al-Masih ad-Dajjal sejauh penyimpangan yang
dilakukannya.
Jadi baik Dajjal maupun al-Masih
ad-Dajjal tidak perlu ditunggu-tunggu kedatangannya karena mereka sudah
berada disekeliling kita. Siapapun mereka yang meyakini dan
melaksanakan Sistem Dajjal dan al-Masih ad-Dajjal maka mereka itulah
yang dimaksud oleh berbagai hadits shahih mengenai mereka.
Kaum Yahudi*)
Penyebutan Yahudi dalam al-qur’an
dapat ditemukan dengan tiga bentuk kata diantaranya adalah kalimat :
هَادُوْا , هُوْدًا, هَادُوْا (Haduu, Hud[an], dan Yahuud) .
Ketiga kata tersebut memiliki akar kata : هَوْدًا, هَادَ (haada, haud[an]) berarti kembali kepada kebenaran atau taubat.[1]
Kata هَادُوْا adalah bentuk ke tiga
yang digunakan untuk jama’ mudzakkar ghaib** dari fiil madli hada
(هَاد) yang mengungkapkan kejadian yang terjadi pada masa lampau, maka
secara bahasa penyebutan haadu berarti : mereka (lk) telah bertaubat.
Dalam perkembangannya kata haada ini dapat diartikan dengan memilih
jalan Yahudi dalam beragama [2], atau masuk agama Yahudi [3]
Sedangkan kata يهودي ( Yahudy) merupakan bentuk mufrad (tunggal) dari kata اليهود (al-Yahud) [4].
Dalam salah satu pendapat dari kitab
Lisanul Arab kata Yahudy (يهودي) ini menunjuk kepada nama Kabilah.
Disebutkan pula di sana bahwa Yahudi asalnya adalah Yahudza ((يهوذ yang
kemudian dimasukan ke dalam bahasa Arab dengan mengganti huruf dzal dengan dal menjadi Yahuda (يهود) ; akan tetapi Ibnu Syidah menganggap pendapat ini tidak kuat.[5]
Sebagai tambahan, ketika kata
"Yahudi" untuk pertamakalinya diperkenalkan ke dalam bahasa Inggris
dalam abad ke-18 hanya ada sebuah arti. Akan tetapi selama abad-abad
ke-18 --20, sebuah organisasi yang terorganisir dengan rapih dan dengan
dana yang banyak, "kelompok penekan" internasional membuat apa yang
disebutnya sebagai "arti tambahan" untuk kata "Yahudi" di samping Agama
juga Bangsa yang disajikan kepada umat manusia yang berbahasa Inggris di
dunia. Ini merupakan sebuah penyajian yang keliru yang dipersembahkan
kepada dunia dengan sengaja oleh "kelompok penekan - pressure group"
yang terorganisir dengan rapih dan dana yang tak terbatas untuk menipu
atau membohongi orang-orang Kristen (termasuk umat Islam-pent - Fakta
adalah Fakta - Facts Are Facts, oleh Benjamin H. Freedman, pp. 15-20 - (
Lihat :Willie Martin )
Jadi kosa-kata Yahudi yang diberi
makna agama dan bangsa adalah merupakan buah konspirasi untuk
menyesatkan manusia pada umumnya, khususnya umat Islam agar tidak
memahami dengan benar maksud dan tujuan daripada firman Allah Subhanahu
wa Ta'ala mengenai Yahudi dan yang terkait dengannya, sehingga analisa
dan solusi apapum yang dibuat dengan mendasarkan kepada sumber seperti
ini (konspirasi), maka hasilnya semata-mata hanya untuk kepentingan si
pemberi informasi. Bila dicermati masa terjadinya pemberian dua makna
terhadap kata Yahudi sebagai bangsa dan agama yaitu pada abad ke-18,
maka kami yakin bahwa si kelompok penekan yang dimaksud oleh Benjamin
Fredman adalah kelompok Perkumpulan Rahasia Illuminati yang didirikan
tanggal 1 Mei tahun 1776 oleh Adam Weishaupt bersama-sama dengan
Rothschild dan Jacob Frank di Bavaria, Frankfurt, Jerman sekarang yang
salah satu agendanya adalah merusak ajaran Kristen dan Islam dengan
mengirimkan para intelnya untuk menyusup dan merusak dari dalam. (Lihat:
Barry Chamish
) Ketiganya berasal dari suku bangsa Khazar yang mengaku saebagai
bangsa dan beragama Yahudi alias Yahudi Gadungan yang menurut al-Qur’an
adalah bangsa Ya’juj wa Ma’juj atau Gog and Magog dalam bahasa Inggris.
Jika kita merujuk kepada nash
al-Quran dan al-Hadits kata Yahudy dan Yahud ini menunjuk kepada orang
yang memeluk agama Yahudi dalam bahasa Indonesia, sebagaimana ditegaskan
Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam firmanNya sbb:
وَلَنْ تَرْضَى
عَنْكَ الْيَهُوْدُ وَلَا النَصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ
إِنَّ هُدَى اللهِ هُوَ الهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ
الَّذِيْ جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللهِ مِنْ وِلِيٍّ وَلَا
نَصِيْر
“Orang-orang (yang beragama) Yahudi dan (beragama) Nashrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti millah
mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang
benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah
pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan
penolong bagimu“. (QS Al-Baqarah 2:120)
Dalam ayat tersebut terdapat kata millah yang mencakup ad-dien dan syari’at [6].
Ini menunjukkan bahwa al-Yahud dan an-Nasharaa dalam ayat ini menunjuk
kepada sekumpulan orang yang memiliki millah, yaitu mereka yang meyakini
din dan menjalankan syari’atnya (mereka adalah Bani Israil). Millah
tersebut adalah millah Yahudi dan Nashrani (yahudiyyah dan nashraniyyah
dalam bahasa Arab). Millah dimaksud juga ditujukan khusus kepada Bani
Israil yang beragama Yahudi dan Nashrani yang sudah menyimpang dari
kebenaran.
Sementara kata Huud [an], merupakan
jama’ dari kata haaid ( (هاءد(orang yang bertaubat) maksudnya merujuk
kepada yahud jama’ dari yahudy [7], maka yang dimaksud dengan huud[an] adalah orang-orang yang beragama Yahudi (telah dijelaskan di atas).
Maka kesimpulannya adalah bahwa kata Yahudi dalam bahasa Indonesia dapat dipahami sebagai millah bukan sebagai bangsa.
Demikian juga Yahudi tidak ada
keterkaitannya dengan nabi Ibrahim as, baik secara ajaran maupun secara
genealogis meskipun nabi Ya’kub as seorang cucu nabi Ibrahim as dari
jalur nabi Ishaq as, karena Yahudi merupakan sebuah agama yang dianut
oleh Bani Israil dan suku bangsa ini baru ada setelah kenabian Ya’kub as
dilanjutkan terus sampai kepada nabi Musa as, dimana pada masa kenabian
Musa as, Allah Subhanahu wa Ta'ala membagi Bani Israil menjadi 12 suku
yang masing-masing suku berjumlah besar (QS al-‘Araf 7:160).
Allah Subhanahu wa Ta'ala menegaskan bahwa:
“Hai Ahli Kitab, (agama Yahudi dan
Nashrani) mengapa kamu bantah-membantah tentang hal Ibrahim, padahal
Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu
tidak berpikir?. Beginilah kamu, kamu ini (sewajarnya) bantah membantah
tentang hal yang kamu ketahui, maka kenapa kamu bantah-membantah
tentang hal yang tidak kamu ketahui?; Allah mengetahui sedang kamu tidak
mengetahui. Ibrahim bukan seorang (yang beragama) Yahudi dan bukan
(pula) seorang (yang beragama) Nashrani, akan tetapi dia adalah seorang
yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah
dia termasuk golongan orang-orang musyrik." (QS al-Imran 3: 65-67).
Sebagai analogi, kita bersama mafhum
bahwa manusia pertama yang diciptakan Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah
Adam as dan kita sebagai manusia merupakan keturunan anak-cucu nabi Adam
as, namun sebagai suku bangsa, Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan
batasan bahwa bangsa-bangsa yang ada di dunia dewasa ini berasal dari
nanak-cucu keturunan nabi Nuh as (QS ash-Shaffat 37:75-77).
Jadi anak-cucu nabi Ya’kub as
meneruskan keturunannya menjadi 12 suku Bani Israil sampai kepada nabi
Isa as bukan berasal dari anaknya yang bernama Yehudza menurut referensi
Islam, akan tetapi Allah Subhanahu wa Ta'ala sendiri yang membaginya.
Referensi yang menyebutkan ke-12 suku Bani Israel berasal dari Yehuda
oleh mayoritas umat manusia merujuk kepada Kitab Perjanjian Lama yang
dimuat dalam Kejadian (35-22b) sbb:
"Adapun anak-anak lelaki Yakub dua
belas orang jumlahnya. 35:23 Anak-anak Lea ialah Ruben, anak sulung
Yakub, kemudian Simeon, Lewi, Yehuda, Isakhar dan Zebulon. 35:24
Anak-anak Rahel ialah Yusuf dan Benyamin. 35:25 Dan anak-anak Bilha,
budak perempuan Rahel ialah Dan serta Naftali. 35:26 Dan anak-anak
Zilpa, budak perempuan Lea ialah Gad dan Asyer. Itulah anak-anak lelaki
Yakub, yang dilahirkan baginya di Padan-Aram."
Oleh karena itu menurut kami dasar
hujjah yang shahih untuk umat Islam mengenai Yahudi adalah al-Qur’an,
bukan kitab Perjanjian Lama. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
bersabda:
”Janganlah kalian membenarkan ahlul
kitab dan jangan pula mendustakannya, dan katakanlah: “Kami beriman
kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan pada kami….” (HR. Al-Bukhari
dalam Shahih-nya no. 4485).
Ahlul Kitab yang dimaksud di dalam hadits di atas adalah Bani Israil yang beragama Yahudi dan Nashrani.
Dalam litelatur Islam khususnya
bilamana kita merujuk kepada al-Qur’an dan al-Hadits shahih, istilah
atau kata Yahudi tidaklah menjadi masalah karena hanya merujuk kepada
millah, yaitu syari’at dan ad-din Yahudi sebagaimana ditegaskan dalam QS
al-Baqarah 2:120. Namun menjadi masalah ketika umat Islam mengambil
rujukan dari referensi di luar Islam, dalam hal ini Barat yang notabene
phobi terhadap Islam, maka wajarlah terjadi kebingungan dan kekeliruan
dalam menghadapi berbagai persoalan yang ada kaitannya dengan Yahudi,
sehingga secara sadar atau tidak lebih sering menguntungkan pihak-pihak
yang memang sengaja mengambil keuntungan dari masalah ini. Sebenarnya
tidak semua orang yang beragama Yahudi jahat sebagaimana tidak semua
orang yang beragama Islam baik. Jadi kesimpulannya Yahudi itu sebuah
agama, bukan kaum (bangsa) dan agama, bangsanya adalah Bani Israil.
Wallahu’alam.
Imam Mahdi*)
Bila kita kritisi, Imam Mahdi dalam
perspektif rasional tampak sulit diterima sebagai ajaran dari Nabi, dan
hal itu sendiri tidak terdapat di dalam al-Quran maupun di dalam kitab
Sahih Bukhari dan Sahih Muslim. Memang, jika orang membaca hadits-hadits
Mahdiyyah hanya sepintas dan hanya beberapa buah hadits saja yang
ditelaahnya, tanpa mau membandingkan secara jeli dengan hadits-hadits
Mahdiyyah lainnya yang penuh kontroversial, tentunya dia akan
menerimanya dan mempercayainya sebagai sesuatu yang benar-benar datang
dari Nabi. Akan tetapi, jika dia mempelajarinya dengan sikap kritis
serta menghubungkannya dengan sejarah ummat Islam secara obyektif, maka
dia tidak akan menerima begitu saja pernyataan-pernyataan hadits
Mahdiyyah yang bertentangan dengan penalaran akal sehat.
Berikut kami kutipkan beberapa
pendapat mengenai hadits-hadits mengenai Mahdiyyah dari buku berjudul
"Faham Mahdi Syi'ah dan Ahmadiyah dalam Perspektif" oleh: Drs. Muslih
Fathoni, M.A. Selengkapnya dapat diakses di:
Pertama, pendapat Syaikh Muhammad Darwisy, yang mengatakan dalam bukunya Asna'ul-Matalib:
"Hadits-hadits Mahdiyyah semuanya
adalah lemah, tidak ada yang dapat dijadikan pegangan, dan seorang tidak
boleh terkecoh oleh orang yang (berusaha) mengumpulkannya dalam
berbagai karyanya."
Kedua, pendapat Sayyid Ahmad,
seorang ahli hadits, dalam bukunya Ibrazul-Wahmil-Ma'mun, terutama
mengenai hadits Mahdiyyah yang dipegangi oleh golongan Ahmadiyah:
"Sungguh hadits Mahdiyyah ini,
bukanlah hadits da'if (lemah) sebagai yang dikatakan oleh si pengeritik
hadits (Ibn Khaldun) dan sekalipun (pengeritik) lain mengatakan yang
demikian itu, bahkan hadits itu batal, palsu dan dibuat-buat, tidak ada
dasarnya hadits itu dari ucapan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa sallam.,
juga bukan ucapan Anas Ibn Malik, ataupun ucapan Hasan al-Basri."
Ketiga, pendapat Muhammad Farid Wajdi dalam karya besarnya, Da'iratul-Ma'arif al-Qarnil-'Isyrin, menyatakan:
"Maka sesungguhnya di dalam
hadits-hadits Mahdiyyah itu, tergolong (pernyataan) yang keterlaluan,
dan merupakan pukulan keras bagi sejarah, serta sangat berlebih-lebihan,
tidak memahami pelbagai persoalan manusia, dan jauh dari sunnatullah
(hukum-hukum Allah yang telah ditetapkan untuk semua ciptaanNya), yang
dikenal oleh manusia. Pada mulanya pembaca tidak merasa, bahwa
hadits-hadits Mahdiyyah itu adalah hadits-hadits palsu yang sengaja
dibuat oleh tokoh-tokoh yang sesat, atau oleh para pendukung ('Ali)
untuk sebagian ahli propagandisnya yang menuntut kekhilafahan di Arabia
atau di Magrib (Afrika)."
Selain itu, Ahmad Amin juga
berpendapat, bahwa hadits-hadits Mahdiyyah itu merupakan hadits yang
mengandung cerita bohong, sebab dalam kisah kehidupan al-Mahdi telah
dipenuhi dengan cerita yang aneh-aneh dan kabar gaib tentang peristiwa
zamannya. Disamping itu, terdapat juga apa yang disebut al-Jafr yaitu
ilmu ramalan yang ditulis pada kulit lembu, tentang apa yang akan
dialami oleh Ahlul-Bait, dan menurut kaum Syi'ah, ramalan tersebut
diriwayatkan dari Ja'far as-Sadiq. Berita-berita aneh semacam itu,
banyak juga terdapat dalam kitab yang disebut kitab al-Malahim yang
dimiliki oleh sebagian ummat Islam. Anehnya berita-berita semacam itu
oleh pengarangnya dijadikan sebagai hadits, dan menghubungkannya dengan
Rasulullah. Sebagian lagi dihubungkan dengan Ahlul-Bait. Dan sebagian
yang lain menghubungkannya dengan Ka'ab al-Akbar dan Wahb ibn Munabbah.
Demikianlah pendapat sementara para
sarjana Muslim. Tampaknya mereka meneliti dan melihat dengan jeli
hadits-hadits Mahdiyyah itu, tidak hanya dari aspek 'ulumul-hadits atau
ilmuilmu hadits, akan tetapi juga menghubungkannya dengan aspek-aspek
sejarah yang obyektif, terutama sejarah ummat Islam itu sendiri. Dengan
cara seperti ini, seorang akan lebih selamat dan tidak mudah terjebak ke
dalam paham-paham yang keliru dan sesat. Hadits-hadits Mahdiyyah yang
kontroversial itu, rupanya merupakan akibat dari terjadinya persaingan
ketat antara kelompok-kelompok Muslim yang sedang berselisih pada saat
itu untuk merebut pengaruh yang lebih luas di bidang politik.
Kecenderungan politik yang didasari dengan paham agama, tampaknya
mendorong terciptanya paham keagamaan yang bermacam-macam Di saat
seperti itulah masing-masing pihak membuat hadits-hadits palsu tentang
al-Mahdi dengan berbagai versinya.
Disamping itu mengenai kedatangan
Imam Mahdi juga di klaim oleh berbagai keyakinan agama dengan nama yang
berbeda satu dengan yang lainnya al sbb:
Agama Yahudi mazhab ortodoks percaya
bahwa akan lahir Imam Mahdi dari kalangan mereka. Mereka percaya Imam
Mahdi ini akan lahir dengan segala macam keramat dan kelebihan, akan
mengembalikan mereka ke tanah tumpah asal mereka, Baitulmaqdis, Bukit
Tursina dan Palestin. Mereka ini dipanggil golongan Messianic yaitu
golongan yang percaya akan tibanya sang juruselamat. Perkataan Messianic
itu sendiri datang dari kata Messiah, yaitu orang yang digelar 'Imam
Mahdi' (menurut ajaran agama mereka).
Orang Kristen juga sangat yakin
dengan konsep Imam Mahdi ini, yang kononnya akan lahir dari kalangan
penganut agama mereka pula. Dan konsep kepercayaan ini lebih bersifat
literal (dari mulut ke mulut) dan bukan merupakan satu kepercayaan yang
diwajibkan mempercayainya. Apa yang jelas, Imam Mahdi yang dimaksudkan
itu sebenarnya adalah Nabi Isa As sendiri. Hasilnya, sebagian besar saja
yang percaya, sedangkan sebagian yang lain tidak menyatakan kepercayaan
mereka atau sama sekali tidak percaya.
Agama Hindu juga sangat yakin dengan
kedatangan seorang Mahdi yang akan mengembangkan ajaran agama Hindunya
ke seluruh dunia, pada akhir zaman kelak. Disebutkan gelarannya Mansur
atau Maha Shiva atau nama sebenarnya Mahmat atau Ahmad. Selain itu ada
beberapa nama lagi yang diberikan kepadanya, sebagai menunjukkan
ketinggian kemuliaannya dan besar kedudukannya.
Penganut agama Buddha juga yakin
dengan kedatangan Mahdi yang akan membersihkan dunia ini dari kekejaman,
dan Mahdi itu dibekalkan dengan segala macam kuasa hebat dan ilmu sakti
(keramat menurut Islam). Mahdi yang dimaksudkan itu disebut sebagai
Shammaraja (Raja yang Sangat Adil). Nama sebenar dan tempat lahir Mahdi
itu tidak dinyatakan dengan jelas. Tetapi mereka percaya, atas
perkabaran para sami mereka, zaman sekarang ini adalah zaman untuk
Shammaraja itu memunculkan dirinya dan menyelamatkan dunia ini.
Orang-orang Majusi aliran Mazda,
yang menganut ajaran ciptaan Zarathustra (Zoroaster) yaitu golongan
penyembah api suci, yang jumlahnya hari ini kira-kira setengah juta
orang di Iran dan beberapa ribu lagi di India, juga yakin dengan konsep
Imam Mahdi. Ajaran mereka menyatakan bahwa tiga orang penyelamat besar
akan muncul, dimulai oleh Aushedar dan diikuti pula oleh Aushedar-mah.
Yang terakhir keluar ialah seorang lelaki perkasa bernama Saoshyant /
Shayoshant, yang berasal dari anak cucu Zoroaster, yang akan muncul dan
memusnahkan Ahriman, kuasa jahat, sekali gus membersihkan dunia ini
daripada kegelapan dan kesengsaraan. Dia memerintah dunia dengan adil
dan saksama selama seribu tahun, mendirikan kerajaan Ahura Mazda yang
sepenuhnya. Mereka tidak menyebutnya dengan sebutan Mahdi tetapi
maksudnya sama dengan Mahdi bagi umat Islam. Dan dari ajaran Mazda
inilah orang-orang Syiah menyerapkan konsep Imam Mahdi mereka, karena
meyakini Imam Mahdi Syiah itu akan memerintah dunia ini selama seribu
tahun.
Menurut kami Imam Mahdi dalam Islam
sebenarnya merupakan sebuah Monomyth, dia tidak akan pernah muncul atau
datang. Istilah Monomyth (sering disebut sebagai pahlawan perjalanan)
seperti yang digunakan dalam bidang mitologi komparatif, mengacu pada
pola dasar yang konon ditemukan di banyak cerita di seluruh dunia,
sebagai contoh dalam masyarakat Jawa ada tokoh supernatural yang
ditunggu-tunggu seperti Imam Mahdi yaitu Satria Piningit atau di Jawa
Barat mananya yang dikenal di masyarakat adalah Ratu Adil. Monomityth
ini didistribusikan secara luas polanya, sebagaimana digambarkan oleh
Joseph Campbell dalam bukunya The Hero With Thousand Faces, download di sini).
Nabi Isa*)
Nabi Isa a.s. telah diwafatkan oleh
Allah Subhanahu wa Ta'ala sesuai dengan Sunnatullah yang tidak mungkin
akan berubah selama-lamanya (al-Ahzab 33:62). Nabi Isa telah wafat dan
diangkat derajatnya oleh Allah. Dan tentang wafatnya Nabi Isa, sesuai
pula dengan Sunatullah bahwa segala benda yang bernyawa pasti akan
menemui kematian.
Al Qur'an tidak pernah menyebutkan
secara jelas dan muhkamat3 maupun mutasyabihat,4 apakah Nabi Isa masih
hidup dan apakah sampai saat ini masih berada di langit? Lalu apakah
setelah itu, ia akan turun kembali ke bumi untuk membasmi Dajjal.
Padahal, tidak ada satu kata pun di dalam Al-Qur'an yang menyebut nama
Dajjal. Dengan demikian, hal ini memperkuat argumentasi bahwa Nabi Isa
telah wafat, dan tidak akan turun ke bumi dan tidak akan membunuh
Dajjal.
Kiamat akan segera tiba setelah
turunnya Nabi Isa yang akan memberantas Dajjal, kemudian mempersatukan
umat manusia serta menjadikan semuanya beragama Islam dan menjadi imam
shalat, tentunya berita ini merupakan berita besar yang mustahil luput
dari uraian Al-Qur'an.
Mengingat turunnya Nabi Isa dan
datangnya Dajjal tidak disebutkan di dalam Al-Qur'an, maka tidak
menyebabkan berdosa apabila kita tidak mengimaninya. Lagi pula, rukun
Iman yang telah diakui seluruh ulama sejak dahulu tidak mencantumkan hal
ini.
Hadits-Hadits tentang Nabi Isa a.s. dan Dajjal
Argumentasi yang berdasarkan pada
Al-Qur'an mengatakan bahwa Nabi Isa telah wafat dan tidak akan turun
lagi ke bumi untuk memberantas Dajjal. Tentu hal itu tidak berdasarkan
dalil hadits, walupun hadits tersebut diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim,
dan yang lainnya.
Bagi mereka yang menyangkal hadits
tersebut didasarkan bahwa berita-berita yang diriwayatkannya
bertentangan satu sama lain, karena mereka mendasari itu terhadap
alasan-alasan berikut :
Dalam hadits yang diriwayatkan
Muslim dari Abdullah bin Amru bin Ash disebutkan, "...kemudian Isa
Almasih itu, menetap bersama manusia tujuh tahun lamanya..."
Dalam hadits yang diriwayatkan
Muslim, Abu Daud, al-Hakim, dan Ahmad bin Hanbal dari Abu Hurairah r a.
menyebutkan, "...Isa menetap di bumi empat puluh tahun lamanya, kemudian
ia pun wafat, maka kaum muslimin menyembahyangkannya ..."
Menurut Joesoef Souyb salah satu
hadits yang meriwayatkan kedatangan Dajjal diterima melalui Ka'ab
al-Ahbar yang mengatakan, "Aku akan mengirimmu kelak menghadapi Dajjal
si Juling, dan engkau akan membunuhnya, lalu hidup di bumi sehabis itu
selama dua puluh empat tahun dan Aku akan mematikanmu, seperti halnya
orang yang hidup."
Penulisan hadits dengan isi
pernyataan yang berbeda satu sama lainnya dan diceritakan melalui satu
orang saja (hadits ahad) menyebabkan kedudukan hadits tersebut tidak
termasuk mutawatir (hadits yang diriwayatkan oleh beberapa perawi). Di
samping itu, sangat besar kemungkinannya adanya kesengajaan penyusupan
dongeng atau kisah-kisah, seperti dituliskan dalam kitab Injil
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru (Wahyu 19: 11-21, Wahyu 20: 4-6).
Perlu diingat bahwa dalam teologi
dan liturgi (ketuhanan dan tata cara agama) Yahudi dan Nashrani sangat
kental akan kepercayaan Mesiah dan Adventisme (harapan atau keyakinan
akan turunnya Yesus ke bumi) untuk membasmi segala roh jahat dan
mengajak umat manusia hanya percaya kepada Kristus (selengkapnya lihat
di sini)
Catatan kakai:
[1] Diambil dari kata ghaib. tidak nampak, ada tapi tak terlihat / terasa
[2]
Hadits merupakan catatan mengenai apa yang dikatakan dan / atau
dilakukan oleh Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam, dicatat sesuai
aslinya dan didapat metalui rantai penyampaian lisan orang-orang yang
terpercaya (§ isnad, atau lebih dikenal dengan sanad §).
[3]
Singkatan dan Radhiallaahu’anhu (atau ‘anha, ‘anhumma dan ‘annum),
artinya: semoga Allah meridhainya (atau meridhai mereka). Dianjurkan
untuk dibaca dengan lengkap. §
[4] Singkatan dari Shalallaahu ‘alaihi wa sallam, artinya: semoga Allah memberkati dan menyejahterakannya. Ibid.
[5]
5 Fitnah (b. Arab): cobaan, ujian atau gangguan; inilah yang dimaksud
dalam doa di atas. Fitnah dalam bahasa Indonesia adalah namimah dalam
bahasa Arab. Kata fitnah sering disalah-artikan karena mempunyai dua
makna, yaitu makna bahasa Arab dan makna bahasa Indonesia.
[6]
1 Istilah ini sering dipakai Kristen dan khalayak di negara-negara
barat. alias the AntiChrist. Secara harfiah, AntiKristus berarti
AntiYesus berarti musuhnya (lawannya) Nabi ‘Isa as.
[7]
Singkatan dari ‘alaihi as-Salam (atau alaihumu), artinya. semoga Ia
(atau mereka) sejahtera. Dianjurkan untuk dibaca dengan lengkap
[8] Penulis buku ini menggunakan istilah life transaction untuk menggambarkan arti ad-Din yang sebenarnya.
[9] Dabbat al-’Ard : ‘binatang’ yang akan keluar dari perut bumi. (Qur’an; surat An-Naml 82)
[11] Artinya: yang dibimbing Allah. Bacalah juga menganai Khulafa ar-Rasyidun di bab Kosa Kata. §
[12]
Diambil dari Gog and Magog, nama-nama ini muncul di Bibel, sedangkan
nama-nama Yajuj wa Majuj muncul di al-Qur’an. Bila kita menilik
linguistiknya, maka keduanya sebenarnya sama.
[13]
Terjemahan langsung dan Jannah, biasa disebut “surga”, sengaja diganti
dengan Taman karena selain lebih sesuai dengan penggambaran yang ada di
al-Qur’an dan as-Sunnah. juga Karena surga sering direka-reka
penggambarannya – misalnya di kamus-kamus. ensiklopedi ataupun pada
pembicaraan umum, bahkan banyak Muslim yang punya interpetasi sendiri
mengenainya, maka tentu lebih baik memperoleh keterangan-keterangan
mengenainya dari al-Qur‟an dan al-Hadits. Penulis buku ini pun sengaja
menggunakan the Garden (b. Inggris).
[14] Terjemahan dari Nar. biasa disebut “neraka”. ibid. Penulis pun menggunakan the Fire
[15] Mayoritas ulama pakar hadits menilai bahwa hadits ini adalah hadits dho‟if (lemah)
[16]
Diambil dan kata bahasa Arab taqwa. terkadang diartikan sebagai takut
(b. Indonesia) atau fear (b Inggris). Takwa menggambarkan cinta kasih
dan hormat yang amat dalam hingga khawatir menyinggung atau khawatir
tidak dikasihi oleh yang dicintai dan dihormati itu
[17] Kafirun adalah jamak dari kafir, yaitu: para kafir; orang-orang kafir.
[18]
Karena kitab yang kini ada di kalangan beragama Katolik, Protestan
maupun cabang-cabang Kristen lainnya bukan Injil yang diturunkan kepada
Nabi ‘Isa as, dan kitab “perjanjian lama” bukan Taurat yang diturunkan
kepada Nabi Musa as. dan istilah “Alkitab” diragukan arti dan maksud
tujuan penggunaannya, maka Bibel digunakan sebagai terjemah dari Bible.
[19]
“Buku Wahyu-wahyu” karangan John, Ia sering juga disebut sebagai John
the Baptist. Nostradamus adalah seorang astrolog dan tabib perancis abad
16, la menjadi terkenal sejak tulisannya berjudul Centuries (abad-abad)
yang berisi ramalan-ramalan mengenai masa depan Perancis dan Dunia.
Ramalannya banyak yang dikait-kaitkan dengan kejadian-kejadian nyata.
[20]
Selain keterangan di atas, perlu kita ingat juga bahwa di antara jin
ada yang pengikutnya syaithan. dan kita senantiasa berlindung kepada
Allah dari para syaithan yang terkutuk.
[21] Terjemah dari medium, yaitu orang yang biasa digunakan jin sebagai penyampai kabarnya.
[22
Di dalam Khazars Correspondence yang masyhur, antara beliau dan Hasdai
bin Shaprut. seorang Yahudi Sephardhic yang menjabat sebagai menteri
luar negeri di masa pemerintahan Khalifah Abdu’r-Rahman III di Andalusia
[23]
Togarmah (Hebrew: Togarmah ; Armenian: T‟orgom ; Georgian: T‟argamos)
merupakan anak ketiga dari Gomer, dan cucu Yafet (Japheth), saudara
Askenaz dan Riphat (Kejadian 10:3). Dia dianggap leluhur bangsa-bangsa
Kaukasus Selatan (orang Georgia dan Armenia). (wikipedia; localholic)
Sumber:
islampos.com
0 komentar:
Posting Komentar