Oleh : Imam Supriadi –
Hamba Allah yang Dhoif dan Faqir
Assalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakaatuh
“Kuntum khoiroh umah ata’muruna
bilma’ruf watanhauna anilmunkar watu’minunabillah”, artinya:”Kamu adalah sebaik-baik
umat mengajak kepada kebaikan dan mencegah kepada keburukan dan mengajak
manusia beriman kepada Allah”.
Alfaqir disini hanya ingin
sedikit menyumbangkan pengetahuan untuk ikhwan dan akhwat sebagai
saudara-saudarku yang seiman dalam naungan dan kasih sayang Allah
Subhanhuwata’ala...aamiin ya robbal’alamin.
Apa maksud judul tersebut yang
Alfaqir sodorkan, tak lain dan tak bukan hanyalah sebagai INTROPEKSI DIRI bagi
Alfaqir dan juga bagi ikhwan dan akhwat sekalian, agar kita senantiasa ingat
dan mengingatkan bahwa kita HANYALAH HAMBA ALLAH YANG LEMAH. Dimana terkadang
kita LUPA DIRI dalam hal-hal berikut ini:
1.
Merasa lebih atau paling pintar
2.
Merasa lebih hebat
3.
Merasa lebih kaya
4.
Merasa lebih perkasa
5.
Merasa lebih kuat
6.
Merasa lebih cantik
7.
Merasa lebih ganteng
8.
Merasa lebih berkuasa
9.
Merasa lebih berjaya
10.
Merasa lebih terhormat
11.
Merasa lebih populer
12.
Merasa lebih tinggi derajatnya
13.
Merasa lebih besar pengaruhnya
14.
Merasa lebih tua
15.
Merasa lebih yang lainnya lagi. Naudzubillah
tsuma naudzubillah.
Ingatlah ketika Adam hendak
diciptakan oleh Allah:
wa-idz
qaala rabbuka lilmalaa-ikati innii jaa'ilun fii al-ardhi
khaliifatan qaaluu ataj'alu fiihaa man yufsidu fiihaa
wayasfiku alddimaa-a wanahnu nusabbihu bihamdika
wanuqaddisu laka qaala innii a'lamu maa laa ta'lamuuna
|
[2:30] Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
|
Ikhwan dan akhwat yang semoga dirahmati Allah.
Ayat diatas menerangkan kepada
kita sekalian, bahwasanya MALAIKAT pernah melakukan PROTES kepada Allah.
Tetapi, Apakah Allah langsung MURKA kepada MALAIKAT...!!?? coba kalian
bayangkan, seandainya ada orang yang mencaci maki kita atau menghina kita. Lalu,
apakah kita segera BERSIKAP terhadap orang yang melukai hati kita...!! jawabnya
tentu berbeda-beda dengan sudut pandang kita dan tingkat keimanan kita.
Lihatlah pada ayat berikut ini,
apa yang dilakukan oleh ALLAH terhadap PROTES MALAIKAT tadi.
|
wa'allama aadama
al-asmaa-a kullahaa tsumma 'aradhahum 'alaa
almalaa-ikati faqaala anbi-uunii bi-asmaa-i haaulaa-i
in kuntum shaadiqiina
|
[2:31] Dan Dia
mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang
benar!"
|
Lalu, apa yang terjadi pada diri
MALAIKAT yang memrotes kepada Allah..!!??
|
qaaluu
subhaanaka laa 'ilma lanaa illaa maa
'allamtanaa innaka anta al'aliimu alhakiimu
|
[2:32] Mereka
menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa
yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana35."
|
Sungguh kita bisa memetik
PELAJARAN dari 2 ayat diatas sebagai berikut:
1.
Bisakah kita menerima kritik atau atau protes
dari PIHAK LAIN??
2.
Bisakah kita menjawab dengan santun atau lebih
santun ketimbang marah-marah??
3.
Bisakah kita menyadari, bahwa sesungguhnya kita
hanyalah MAKHLUK ALLAH YANG LEMAH YANG BANYAK KEKURANGANNYA.
APA BEDA KEKURANGAN DENGAN KESALAHAN..???
Contoh kekurangan seperti:
Ketika kita hendak menuju kesuatu
tempat, tetapi kita tidak tahu arah jalannya. Lalu kita bertanya kepada orang
yang tahu atau lebih tahu tentang itu
Contoh kesalahan seperti:
Lampu TRAFICLIGHT telah
menunjukkan MERAH, tetapi kita tetap melaju tanpa menghiraukan tanda MERAH
tersebut. Lalu, apa yang terjadi ketika melanggarnya..??!!
Sudah jelas atau belum..!!?? Alfaqir
akan memberi contoh yang lainnya.
Ketika kita menaruh KOMPOR DIATAS
MEJA MAKAN. Tentu bukan pada tempatnya.
Ketika kita meletakkan PAKAIAN
DILEMARI MAKAN.tentu juga bukan pada tempatnya
Nah ketika ada kejadian-kejadian
pada peristiwa sebagai berikut, apakah tanggapan ikhwan dan akhwat. Alfaqir akan
memberi contohnya.
SEORANG POLITISI KESOHOR DAN
BERGELAR PROFESSOR tengah melakukan KAMPANYE untuk menyongsong suate EVENT
penting disuatu negeri ANTAH BERANTAH. Orang itu kemudian mendapat KRITIKAN
TAJAM dari SESEORANG yang sudah mengenal sangat lama, tetapi SESEORANG itu
malah dianggapnya SUDAH MENYEBARKAN AIB SANG POLITISI tersebut.
Mari kita lihat uraian berikut:
Contoh AIB adalah:
1.
Kebiasaan buruk seseorang yang suka buang ludah
sembarangan
2.
Kebiasaan buruk seseoang yang suka buang hajat
sembarangan
3.
Kebiasaan buruk seseorang yang suka meniru gaya
orang lain
4.
Kebiasaan buruk seseorang yang suka mencontek
pekerjaan orang lain
Jawabannya adalah:
Lihat KITAB RIYADUSH SHOLIHIN
tentang BAB GHIBAH
Contoh KESALAHAN adalah:
1.
Ketika seseorang diberi AMANAH tentang suatu
JABATAN atau KEDUDUKAN
2.
Ketika seseorang diberi TUGAS atau PERINTAH dari
Atasannya di Kantor
3.
Ketika seorang SUAMI atau ISTERI menjalankan
TUGAS DAN KEWAJIBAN
4.
Ketika seorang AYAH atau IBU menjalankan TUGAS
DAN KEWAJIBAN
5.
Ketika seorang ANAK menjalankan TUGAS DAN
KEWAJIBAN
Jawabannya adalah:
Ciri-Ciri ORANG MUNAFIQ adalah:
1. Jika
diberi AMANAH dia INGKAR
2. Jika
diberi KEPERCAYAAN dia KHIANAT
3. Jika
bebricara dia SELALU DUSTA
Lihat pada Kitab RIYADUSH
SHOLIHIN:
Ghibah Yang Diperbolehkan
Selasa, 10
Juni 2014 , 11:14:35
Oleh :
Redaksi SalamDakwah
Perlu
diketahui bahwa ghibah merupakan dosa besar, namun terkadang ghibah
diperbolehkan apabila mempunyai tujuan yang dibenarkan oleh syari'at, yakni sesuatu
yang tidak dicapai selain dengan cara ghibah tersebut.
Ada 6 (enam)
faktor yang membolehkan ghibah:
1. Pengaduan kedzhaliman, seorang
yang didzalimi boleh mengadukan perkaranya kepada penguasa, hakim, atau pihak
lain yang berkuasa.
2. Meminta pertolongan untuk mengubah
kemungkaran guna mengembalikan orang yang bermaksiat kepada kebenaran.
3. Meminta fatwa.
4. Mengingatkan orang-orang Islam untuk
mewaspadai kejahatan dan menasihati mereka.
5. Seseorang yang melakukan kejahatan
(fasik) atau bid'ah secara nyata, seperti mabuk-mabukan, menguasai harta orang
lain, menarik pungutan secara dzhalim, & lain-lain, maka sisi negatif dari
orang semacam ini boleh diungkapkan secara terang-terangan.
6. Untuk keperluan identifikasi
(pengenalan).
(Ini
merupakan penjelasan Imam An-Nawawi rahimahullah, di dalam Syarah Riyadhus
Shalihin Bab Ghibah Yang Diperbolehkan)
Simak
pula penjelasan mengenai hal ini di:
http://www.radiorodja.com/bab-haramnya-ghibah-bagian-ke-2-bab-larangan-mendengarkan-ghibah-dan-bab-ghibah-yang-diperbolehkan-bagian-ke-1-bab-254-256-kitab-riyadhush-shalihin-syaikh-prof-dr-abdur-razzaq-al-badr/
Sumber:
RADIO RODJA
756 AM
28 Rajab
1435H / 28 Mei 2014
Lihatlah pada Surat dan ayat
berikut ini.
Ikhwan dan Akhwat yang Insha Allah dimuliakan oleh Allah.
Jika kita hanya mengejar urusan
dunia, maka apa kata Al-qur’an berikut ini:
|
man kaana
yuriidu hartsa al-aakhirati nazid lahu fii hartsihi
waman kaana yuriidu hartsa alddunyaa nu/tihi minhaa
wamaa lahu fii al-aakhirati min nashiibin
|
20. Barang
siapa yang menghendaki keuntungan (pahala) di akhirat[35]
akan Kami tambahkan keuntungan itu baginya[36]
dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia[37]
Kami berikan kepadanya sebagian darinya (keuntungan dunia)[38]
tetapi dia tidak akan mendapat bagian di akhirat[39].
Tafsir Surat
Asy-Syuura Ayat 20
[35] Yakni pahala dan balasan-Nya, dia mengimaninya dan
membenarkannya serta berusaha kepadanya.
[36] Yakni satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh
kebaikan atau lebih, ia juga memperoleh bagian dari dunia ini. Oleh karena itu,
orang yang mencari akhirat seperti orang yang menanam padi, dimana akan tumbuh
pula rumput. Sedangkan orang yang mencari dunia seperti orang yang menanam
rumput, tidak akan tumbuh padi.
[37] Maksudnya dunia yang menjadi tujuannya dan akhir
cita-citanya, tidak mau mengejar akhiratnya, tidak mengharap pahalanya dan
tidak takut siksa pada hari itu.
[38] Yakni Kami berikan kepadanya bagian yang telah
ditetapkan untuknya.
[39] Ia tidak masuk surga dan tidak memperoleh
kenikmatannya, bahkan berhak masuk neraka dan memperoleh kesengsaraannya. Ayat
ini sama seperti firman-Nya di ayat lain, “Barang siapa yang menghendaki
kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan
pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan
dirugikan.-- Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat,
kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di
dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (Terj. Huud: 15-16).
Tafsir Al Baqarah Ayat 26-29
Ayat 26-27: Menyebutkan
perumpamaan-perumpamaan dalam Al Qur'an dan hikmah-hikmahnya, sikap manusia
terhadapnya, dan bahwa dalam perumpamaan itu terdapat ujian bagi hati dan jiwa
manusia
|
inna allaaha
laa yastahyii an yadhriba matsalan maa ba'uudhatan
famaa fawqahaa fa-ammaa alladziina aamanuu
faya'lamuuna annahu alhaqqu min rabbihim wa-ammaa alladziina
kafaruu fayaquuluuna maatsaa araada allaahu bihaadzaa
matsalan yudhillu bihi katsiiran wayahdii bihi katsiiran wamaa
yudhillu bihi illaa alfaasiqiina
|
|
alladziina yanqudhuuna
'ahda allaahi min ba'di miitsaaqihi wayaqtha'uuna
maa amara allaahu bihi an yuushala wayufsiduuna
fii al-ardhi ulaa-ika humu alkhaasiruuna
|
Ayat 28-29: Menetapkan kekuasaan
Allah dalam membangkitkan, bukti-bukti kekuasaan-Nya, kekuasaan-Nya dalam
menciptakan langit dan bumi, dan bahwa Dia Maha Mengetahui segala sesuatu
|
kayfa
takfuruuna biallaahi wakuntum amwaatan fa-ahyaakum
tsumma yumiitukum tsumma yuhyiikum tsumma ilayhi turja'uuna
|
|
huwa alladzii
khalaqa lakum maa fii al-ardhi jamii'an tsumma istawaa
ilaa alssamaa-i fasawwaahunna sab'a samaawaatin
wahuwa bikulli syay-in 'aliimun
|
Tafsir Surat Al Baqarah Ayat
26-29
26. Sesungguhnya Allah tidak
segan membuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang lebih kecil dari itu[1].
Adapun orang-orang yang beriman, Maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar
dari Tuhan mereka[2], tetapi mereka yang kafir berkata[3]: "Apa maksud Allah
dengan perumpamaan ini?[4]." Dengan (perumpamaan) itu banyak orang yang
disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang
diberi-Nya petunjuk. Tetapi tidak ada yang Dia sesatkan dengan (perumpamaan)
itu kecuali orang-orang yang fasik[5],
27. (yaitu) orang-orang yang
melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu diteguhkan[6], dan memutuskan
apa yang diperintahkan Allah untuk disambungkan[7], dan membuat kerusakan di
muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.
28. Bagaimana kamu ingkar kepada
Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Dia menghidupkan kamu, kemudian Dia
mematikan kamu lalu Dia menghidupkan kamu kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu
dikembalikan?[8]
29. Dia-lah (Allah) yang
menjadikan segala apa yang ada di bumi untukmu[9], kemudian Dia menuju ke
langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. dan Dia Maha
mengetahui segala sesuatu[10].
a) Sebagai
perumpamaan terhadap lemahnya berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah.
Hal ini seperti yang disebutkan dalam surat Al Hajj ayat 73; di dalamnya Allah
menerangkan bahwa berhala-berhala yang mereka sembah itu tidak dapat membuat
lalat, Sekalipun mereka kerjakan bersama-sama, dan di surat Al Ankabuut ayat 41
yang di dalamnya Allah menggambarkan kelemahan berhala-berhala yang dijadikan
oleh orang-orang musyrik itu sebagai pelindung seperti lemahnya sarang
laba-laba.
b) Nampaknya
ayat di atas sebagai jawaban terhadap orang yang mengingkari perumpamaan yang
dibuat Allah Ta'ala menggunakan makhluk-makhluk yang kecil seperti nyamuk,
padahal bukan pada tempatnya membantah hal tersebut, ia merupakan pengajaran
Allah kepada hamba-hamba-Nya sekaligus sebagai rahmat-Nya yang seharusnya
diterima dan disyukuri. Bagi orang-orang yang beriman, ketika mereka mengetahui
hikmahnya bertambahlah ilmu dan iman mereka, kalau pun samar hikmahnya bagi
mereka, mereka mengetahui bahwa perumpamaan itu adalah hak (benar), isinya hak
meskipun secara rincinya mereka tidak mengetahui, karena mereka yakin bahwa
Allah tidaklah membuat perumpamaan main-main, bahkan karena ada hikmah yang
dalam di balik itu.
c) Mereka
mengetahui hikmah Allah Ta'ala membuat perumpamaan dengan makhluk-Nya yang
kecil maupun yang besar.
d) Sambil
membantah dan mengolok-olok.
e) Mereka
tidak bisa memahami perumpamaan itu.
f) Perumpamaan
yang dibuatkan oleh Allah Ta'ala itu merupakakan ujian untuk membedakan siapa
yang mukmin dan siapa yang kafir. Oleh karena itu, dengan perumpamaan itu ada
yang disesatkan Allah karena olok-olokkan yang mereka lakukan dan ada juga yang
ditambahkan oleh-Nya iman dan hidayah dari-Nya. Disesatkan Allah berarti bahwa
orang itu sesat karena keingkarannya dan tidak mau memahami petunjuk-petunjuk
Allah. Allah tidaklah menzhalimi seorang pun, karena tidak ada yang dijauhkan
dari yang hak kecuali karena perbuatannya yang keluar dari keta'atan kepada-Nya
dan karena mereka tidak cocok memperoleh hidayah-Nya sesuai kebijaksanaan-Nya
g) Padahal
mereka telah berjanji untuk mentauhidkan Allah Ta'ala dan menta'ati-Nya serta
beribadah kepada-Nya sebagai amanah yang dibebankan kepada mereka ketika
langit, bumi dan gunung enggan memikulnya karena khawatir tidak bisa
melaksanakan, diperkuat lagi dengan diutusnya para rasul dan diturunkan
kitab-kitab agar mereka mau memenuhi amanah itu. Di samping itu, mereka juga
melanggar ajaran Allah seperti dengan memutuskan tali silaturrahim dan
menyebarkan kerusakan di muka bumi, mereka itulah orang-orang yang rugi di
dunia dan akhirat.
h) Ada
yang menafsirkan sebagai menyambung tali silaturrahim dan ada yang menafsirkan
lebih luas lagi, yaitu memutuskan apa yang diperintahkan Allah untuk
disampaikan berupa hak-hak. Kepada Allah Ta'ala, seperti dengan beriman dan
beribadah kepada-Nya. Kepada rasul-Nya, seperti dengan beriman kepadanya,
mencintainya, membelanya dan memenuhi hak-haknya. Demikian juga termasuk ke
dalamnya memenuhi hak orang tua, kerabat dan orang lain.
i)
Pertanyaan di sini maksudnya adalah ta'ajjub
(menunjukkan keanehan), taubikh (mencela) dan mengingkari. Yakni bagaimana kamu
wahai orang-orang musyrikin bisa ingkar kepada keesaan Allah, kamu
menyekutukan-Nya dengan sesuatu padahal ada bukti yang nyata terhadap
keesaan-Nya pada diri kamu. Bukankah kamu dahulu mati, lalu Allah menghidupkan
kamu, lalu Dia mematikan kamu setelah tiba ajalmu dan akan membangkitkan kamu
lagi dan kepada-Nya kamu dikembalikan untuk dihisab dan diberikan balasan
terhadap amalmu selama di dunia. Di samping itu, kamu semua berada di bawah
kekuasaan-Nya, lalu apakah pantas kamu ingkar kepada-Nya, bukankah yang
demikian merupakan kebodohan yang sangat, bahkan yang sepatutnya kamu lakukan
adalah beriman kepada-Nya, bertakwa dan bersyukur, takut terhadap azab-Nya dan
berharap pahala-Nya.
j)
Untuk kamu manfa'atkan, untuk dipakai
bersenang-senang dan untuk diambil pelajaran. Dalam ayat ini diambil sebuah
ka'idah fiqh bahwa Al Ashlu fil asyaaa'il ibaahah wath thahaarah (asal pada
segala sesuatu itu boleh dan suci), karena ayat di atas menerangkan bahwa itu
semua merupakan pemberian Allah kepada kita, tidak termasuk ke dalamnya hal-hal
yang kotor. Dia menciptakan semua yang ada di bumi untuk kita manfa'atkan, oleh
karena itu jika ada bahaya di sana tidak termasuk bagiannya, dan termasuk
sempurnanya nikmat Allah kepada kita adalah dengan dilarang-Nya juga sesuatu
yang kotor dan membahayakan.
k) Sering
sekali disebutkan Allah Maha Mengetahui setelah menerangkan penciptaan-Nya,
karena penciptaan-Nya menunjukkan ilmu-Nya, hikmah dan kekuasaan-Nya.
http://www.tafsir.web.id/2013/01/tafsir-al-baqarah-ayat-26-29.html#sthash.45foz0l3.dpuf
0 komentar:
Posting Komentar